Table of Content

Paham Alzheimer, Penyakit yang Tidak Hanya Menyerang Lansia



Setiap 21 September, Hari Alzheimer Sedunia diperingati untuk meningkatkan kesadaran seputar demensia. Tahun ini, Bulan Alzheimer mengangkat tema Kenali Demensia, Kenali Alzheimer.

Menurut situs Alzheimers, secara global, demensia adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi, dengan hampir 50 juta orang hidup dengan demensia di seluruh dunia. Menurut ahli saraf RS Bunda dr. Irawati Hawari, SP.S mengatakan diperkirakan pada tahun 2030 akan terjadi peningkatan dua juta orang yang terkena Alzheimer, bahkan pada tahun 2050 akan meningkat lagi menjadi empat juta.


Alzheimer Berisiko Juga Bagi Kaum Muda

Untuk itu, ia menekankan untuk mengidentifikasi faktor risiko dan gejala untuk mencegah Alzheimer. Apalagi penyakit yang biasanya terjadi pada usia lanjut (lansia), kini bisa berisiko bagi kaum muda.

Ia juga mengatakan bahwa Alzheimer merupakan salah satu jenis demensia yang sering terjadi yang dapat mempengaruhi kerja otak atau memori hingga gangguan perilaku. Padahal sebenarnya bisa dicegah atau dikenali gejalanya sejak awal agar mereka lebih waspada, apalagi menimbulkan risiko bagi kaum muda.


Waspada Alzheimer Karena Faktor Genetik

dr. Irawati mengatakan selain bertambahnya usia, faktor risiko tersebut antara lain genetik dan gaya hidup yang tidak sehat. Jadi bukan tidak mungkin, penyakit ini bisa menyerang usia muda.

Jadi, jika anak memiliki faktor genetik, ada baiknya untuk lebih waspada menjalani hidup sehat, pemeriksaan dini jika ada gejala seperti lupa ke dokter spesialis.

Ia juga mengatakan, gejala yang paling umum adalah mudah lupa tetapi lupa pada tingkat yang cukup parah seperti tidak tahu nama hingga wajah orang terdekat seperti keluarga, terlalu sering lupa menyimpan barang, perubahan mood yang cukup drastis, jika semakin parah akan terjadi gangguan perilaku.

dr. Irawati mengatakan untuk mencegah Alzheimer di usia muda atau bahkan di usia tua. Ada baiknya kita hidup sehat. Misalnya tidak merokok dan pola hidup yang lebih sehat.

Pola hidup sehat seperti pola makan teratur seimbang sayur dan buah, harus mau bergerak atau berolahraga secara teratur, dan istirahat yang cukup.


Terus Menstimulus Otak

Kemudian bersosialisasi secara teratur, jadi jangan hanya sendirian atau di rumah saja. Menurutnya, selama masa pandemi penyakit ini meningkat karena kurangnya sosialisasi.

Kemudian yang terpenting adalah stimulasi mulai dari fisik, mental, dan spiritual. Jadi, terus melatih otak meski sudah dewasa dengan hal-hal yang dilakukan sehari-hari sudah cukup.

Misalnya dengan terus menekuni hobi, seperti: bermain musik, bermain catur, atau bahkan memasak. Dari memasak, ingatan kita digunakan mulai dari memilih resep untuk dimakan, bahannya apa dulu. Jadi, stimulasi, lakukan saja apa yang biasa kita lakukan sehari-hari.