Table of Content

Persahabatan antara Robot dan Manusia, Kenapa Tidak? Brian dan Charles Sudah Memulainya!

Gambar di atas ialah Brian dan Charles yang saling merangkul, dekat satu sama lain. Sadarkah kamu bahwa Charles adalah sebuah robot?
Pada gambar di foto tersebut menunjukkan pria dengan jaket biru tua yang tengah bersama dengan sebuah robot pria bertubuh sangat tinggi, mengenakan dasi kupu-kupu dan keduanya tengah berada di dapur.

Di tahun 2017, telah berhasil ditulis sebuah film pendek berjudul “Brian and Charles” oleh io9. Film tersebut kerap dijuluki dengan kalimat “ditembak dengan cara indah dan bagian yang sama pedih juga lucu." 

Film pendek tersebut banyak disenangi oleh masyarakat, sutradaranya sendiri adalah seorang Jim Archer—ia mendebutkan film itu di Sundance Film Festival 2022 dan menjadi salah satu pesaing paling awal yang cukup diperhitungkan sebagai film terbaik tahun ini. 

Kita sudah bisa menebak bahwa film dari “Brian and Charles” ini memakai gaya dokumenter. Film itu pun memperkenalkan seorang penemu eksentrik Brian—yang merupakan seseorang dengan pekerjaan sambilan di sekitar pedesaan di Inggris. Pekerjaan yang akan ia lakukan ketika dia tidak berada dan sibuk di sekitar bengkelnya yang berantakan.  Bisa dibilang, Brian ini cukup sering alami kegagalan di tiap-tiap percobaannya, namun tetap saja sikapnya yang selalu optimis itu membuat segalanya menjadi terasa baik-baik saja. Brian ini diceritakan sebagai sosok yang terkadang meratapi nasibnya yang kesepian dan sendiri. Inti dari cerita ini bisa didapat ketoka Brian merasa sebuah ide melintas di benaknya. Itu semua muncul ketoka dia melihat sebuah kepala manekin. Benar sekali, Brian berniat membuat robot! 

Untuk menutupi semua perasaannya itu, Brian bersikukuh bahwa ia menginginkan sebuah robot hanya untuk membantu pekerjaan rumahnya agar cepat selesai, padahal, sisi di hatinya lebih membutuhkan sosok seorang teman. Di film tersebut, Brian memang hanya pernah terlihat berteman dengan  penduduk desa yang pemalu, namanya Hazel—yang pada saat itu diperankan oleh Louise Brealey dari Sherlock. 

Brian memulai merangkai penemuan barunya menggunakan bagian-bagian yang dia temukan di sekitar rumahnya. Suksesnya film bisa memberikan efek khusus yang sangat lo-fi, sehingga bisa diajak berpelukan dengan sangat intens. Dari bentuknya, sudah sangat jelas bahwa robot tersebut adalah seorang pria yang mengenakan kotak besar di atas kepala dan tubuhnya, dengan kepala manekin diposisikan di bagian atas. Pada awalnya memang semua itu tidak berfungsi, hingga keajaiban pun datang saat badai petir atau bisa kita sebut sebagai cuatan listrik—tampaknya terjadi akibat seekor tikus yang menggigit kawat kabel. 

Ciptaan Brian pun menjadi sangat luar biasa. Dia menamai robot itu Charles—yang mana diperankan oleh David Earl yang ikut menulis dengan Charles Hayward. Kedua lelaki meski beda struktur tubuh itu terlihat sama-sama canggung, khususnya Brian, karena AL yang diciptakannya itu berukuran sangat tinggi daripada dirinya. Tak bertahan lama, mereka segera menjadi teman baik. Agaknya mereka juga sama-sama mencintai kubis berbaur berdua sambil mengobrolkan hal-hal yang menyenangkan. 

Kehangatan mereka terjalin begitu saja. Hingga suasana berubah menjadi tegang dalam kebersamaan keduanya ketika Charles mengungkapkan kerinduannya untuk menjelajah dan bepergian. Pemikiran tersebut didapatinya dari Televisi yang ditontonnya, dan lokasi yang ia maksud ingin dikunjungi adalah Hawaii. Akibat keinginan Charles tersebut, Brian jadi terobsesi dengan gagasan untuk menyembunyikan Charles dari dunia luar, terutama kota yang menurutnya sangat kejam. 

Charles ternyata bukanlah robot yang penurut. Dia terus menghabiskan waktu dengan merengek agar keinginannya terpenuhi. Dia terus memberontak, mulai dari berbuat kenakalan sampai melakukan hal yang membuat Brian jengkel. Tak sampai di situ saja, tingkah polah Charles pun lama-lama jadi berbahaya. 

Jika ditarik plotnya secara garis besar, mungkin cerita ini hanya berisi manusia yang menciptakan robot, kemudian manusia tersebut kehilangan robot, manusia dan sang robot bersatu kembali. Terdengar sederhana, bukan? Akan tetapi, jika mau lebih ditelaah, terdapat pesan dalam film tersebut yang menunjukkan tentang kerumitan persahabatan sangat menghangatkan hati dan ini berlaku untuk umum. Maksudnya, siapa pun pasti akan merasakannya. 

Film ini memang luar biasa. Dengan membawa alat-alat peraga khusus dan mampu menggiring rentang emosional ke dalam karakter. Untuk visualisasinya pun hanya akan terdengar suara robot pada umumnya, berwajah plastik yang sangat ekspresif. Film ini juga terasa dicampur-aduk dengan sentuhan beberapa komedi fisik terbaik yang dilemparkan dalam ukuran yang pas.

Brian dan Charles memang belum diketahui akan direlease kapan, akan tetapi kita masih bisa berharap agar jangkauannya bisa mencapai masyarakat luas.