Table of Content

Posts

(fiksi)Cinta Pacar Pertama part5


 Cerita berlanjut dengan percakapan imah dan dolly,

"Imah..."


"Ya?"


"Bagaimana perasaanmu saat ini?"


"Baik."


"Syukurlah."


"Perasaanmu sendiri, bagaimana?" "Baik juga."


"Syukurlah."


Keduanya kembali diam. Dolly menga rah-kan pandangan matanya ke langit, dimana tampak rembulan bergayut dengan sinarnya yang pucat ditaburi oleh bintang yang seperti mengelilingi-nya. Sementara Imah tampak menundukkan kepala dengan wajah menun jukkan kegelisahan. Sepertinya ada yang ingin dia utarakan, namun dia tak berani untuk mengung-kapkannya."Imah..."


"Dolly..."


Keduanya hampir bersamaan memanggil Lalu sama-sama tersenyum. Imah kembali menundukkan kepala dengan bibir masih mengulas senyum, sementara Dolly dengan bibir yang juga masih tersenyum memandang lekat ke wajah gadis itu.


"Kau mau ngomong sesuatu?" tanya


Dolly


"Kau sendiri?" balik Imah.


"Aku hanya ingin mengatakan terimaka


sih.


"Untuk apa?"


"Karena kau akhirnya mau bergabung dalam vocal group."


Imah kembali terdiam. Namun kini dia tidak lagi menunduk, melainkan memandang ke wajah Dolly. Seakan gadis itu tengah berusaha untuk melihat sesuatu di mata cowok itu,


"Kau sendiri mau ngomong apa?" tanya


Dolly.


"Tidak. Tidak ada..."


"Sungguh?"


"Ya.


"Tetapi sepertinya kau ingin mengatakan sesuatu. Jika memang ada yang ingin kau sampaikan, katakanlah, "pinta Dolly


Imah tak langsung menjawab. Kembali dia hanya memandang lekat ke wajah Dolly,seakan tengah berusaha mencari sesuatu disana. Kemu-dian tersenyum sembari menun dukkan kepala, membuat Dolly jadi heran dan penasa-ran, apa yang membuat gadis itu setelah memandang wajahnya malah terse "Ada apa? Apa wajahku lucu?" nyum.


Dolly


"Tidak," jawab Imah tersipu. "Lalu, kenapa kau tersenyum setelah me


mandangku?" "Tidak apa-apa.


"Tak mungkin tidak ada apa-apa kau tersenyum setelah memandang wajahku. Pasti ada apa-apanya dengan wajahku. Kalau begitu, sebaiknya aku berkaca dulu..." Dolly hendak bangun, ketika Imah segera


mencegah "Tak usah."


"Kalau begitu, kau harus mengatakan apa yang membuatmu tersenyum setelah meman dang wajahku?" pinta Dolly.


"Aku tersenyum karena ingat semalam."


"Semalam?"


Imah mengangguk.


"Kenapa memangnya?" "Semalam aku tak bisa tidur."


"Oh ya?"


Imah kembali mengangguk. "Kenapa?"


"Aku terus teringat padamu.""Benarkah?"


Lagi Imah mengangguk.


"Kok sama?"


"Maksudmu?"


"Semalam aku juga tak bisa tidur," tutur


Dolly


"Kenapa?"


"Ya, karena aku terus teringat padamu."


"Sungguh?"


Kini giliran Dolly yang mengangguk sambil memandang lekat ke wajah Imah. Sehingga pandangan mereka pun saling beradu


satu sama lain.


"Imah..."


"Ya?"


"Bolehkah aku berterus terang padamu?"


"Mengenai apa?" "Aku mencintaimu," bisik Dolly.


Imah terperangah.


"Maaf, bila ucapanku kau anggap berle bihan. Tapi itulah yang ada dalam hatiku. Aku sadar siapa diriku. Namun bagaimana juga, aku tak bisa memungkiri apa yang ada dalam hatiku, Imah."


"Dolly..."


"Ya?"


"Benarkah apa yang barusan kudengar?"


"Ya."


"Katakanlah sekali lagi, Dolly."


"Aku mencintaimu, Imah." "Ohh...""Kau tak bisa menerima cintaku?" "Bukan... Bukan itu."


"Lalu?"


"Aku justru tak menyangka kalau ternyata


cintaku tak bertepuk sebelah tangan. "Jadi kau terima cintaku?" tanya Dolly meminta kepastian.


Imah mengangguk.


"Oh, Imah... Apakah aku tidak sedang bermimpi?" tanya Dolly sembari memegang tangan Imah dan menggenggamnya erat. "Tidak, Dolly Kita tidak sedang berada


di alam mimpi."


"Terimakasih, Imah."


"Untuk apa?"


"Karena kau ternyata mau menerima cintaku." "Tak perlu berterimakasih, Dolly. Sebab


aku pun mencintaimu..."


"Imah..." "Ya?"


"Maukah kau berjanji disaksikan oleh rembulan?"


"Janji apa?"


"Bahwa sejak malam ini, kita akan saling mencintai dan mengasihi? Kita akan saling berbagi baik dalam suka maupun duka?"


"Aku berjanji. Kau adalah cinta pertama ku, Dolly. Dan kuharap kau adalah cowok yang pertama dan terakhir bagiku, Aku ber harap kiranya aku bisa bersamamu untuk selamanya"Aku pun begitu, Imah."


Keduanya saling bergenggaman tangan dengan mata saling-pandang. Namun mulut mereka terbungkan diam. Hanya tatapan mata mereka saja yang seakan bicara, mengungkap kan apa yang ada dalam hati mereka.


Malam itu, walau sinar bulan pucat, tetapi bagi Dolly dan Imah terasa sangat indah. Karena di dalam taman hati mereka, kini telah tumbuh bunga-bunga cinta yang indah dan menebarkan aroma wangi cinta.


Sampai acara latihan selesai, Dolly dan Imah yang baru saja mendeklarasikan cinta mereka, senantiasa berusaha untuk bersama. Bahkan ketika teman-teman yang lain sudah pada pulang, Dolly dan Imah masih berada di teras depan rumah Ernawati. Keduanya ngobrol meng-ungkapkan perasaan yang ada di hati masing-masing, dengan diseling canda ria penuh kebahagiaan.

Kita berlanjut ke part 6 ya kak terimkakasih telah mampir di blog kami