Keadaan probabilitas selalu ada pada titik fisika kuantum, yang berarti sangat tidak mudah untuk memprediksi pasti nilai yang keluar dari sebuah eksperimen kuantum, selalu saja hasilnya menunjukkan probabilitas. Dan ternyata, keanehan inilah yang membuat para ilmuwan tertarik untuk melakukan inovasi untuk mewujudkan quantum bits atau qubits. Qubits ini tak bekerja dengan kecepatan normal seperti halnya komputer-komputer klasik yang kita kenal sekarang, yang jika dinilai mungkin hanya bekisar antara 1 atau 0 saja. Berbeda dengan qubits ini yang bisa membentuk 1 dan juga 0 dalam waktu bersamaan asal ada peluang tertentu.
Telah pada September 2021 lalu, Google genap mencapai usianya yang ke-23 tahun. Perusahaan raksasa yang kita kenal sebagai Google ini ternyata sudah cukup dewasa dan telah banyak menghasilkan inovasi-inovasi baru di bidang teknologi dunia serta informasi.
Larry Page dan Sergey Brin selaku pendiri dari Google saat ini masih menyandang gelar mahasiswa di Universitas Stanford. Keduanya adalah pemegang saham perusahaan sebesar 16 persen. Dulunya, Google adalah sebuah perusahaan swasta, tepatnya pada tanggal 4 September 1998.
Saat ini Google telah berhasil menduduki satu dari beberapa perusahaan terbesar di dunia, yang pada awalnya hanyalah berfokus pada pengembangan search engine saja. Pencapaian secara berskala telah didapat oleh Google, dan salah satu yang fenomenal pernah dicapai adalah quantum supremacy. Tak mudah untuk dapat mencapai titik ini, sebab Quantum Supermacy sendiri adalah titik penting dalam teknologi penghitungan yang mana dalam fase ini, telah membuat komputer memungkinkan dalam pemrosesan sejumlah besar data dalam waktu singkat.
Pencapaian tersebut telah diakui sendiri oleh pihak Google pada bulan September lalu dan langsung mendapatkan tentangan dari para pesaing, salah di antaranya adalah IBM. Akan tetapi, sang penentangan itu pun dibuat bungkam oleh Google yang selanjutnya menerbitkan laporan penelitian berjudul 'Quantum supremacy using a programmable superconducting processor'. Penelitian itu pun diterbitkan pada pada jurnal Nature.
Sebagai mana telah diterbitkan oleh newscientist.com, Quantum Supermacy merupakan istilah dalam dunia komputer, yang secara khusus merujuk pada komputasi kuantum dan digunakan dalam penyebutan progres dari percobaan atau penelitian komputasi kuantum. Berdasarkan yang dikutip dari nasa.gov, komputasi kuantum sendiri ialah inovasi baru di bidang ilmu komputer. Tujuannya adalah guna memanfaatkan aspek-aspek tertentu dari mekanika kuantum di dalam kegiatan komputasi. Atas riset-riset yang telah dilakukan, komputasi kuantum ini telah diperkirakan dapat menuntaskan bermacam masalah komputasi dengan lebih cepat daripada komputer biasa.
Dalam tujuannya mengembangkan teknologi ini, berbagai riset sangat perlu dilakukan. Gelar quantum supremacy akan didapat oleh mereka-mereka yang menunjukkan kemajuan dalam riset komputer kuantum mereka. Di tahun 2019, nature.com pun pernah melansir bahwa komputer kuantum pernah berhasil diciptakan oleh Google yang mampu menyelesaikan komputasi rumit hanya dalam 3 menit 20 detik saja.
Apabila sampai komputer paling canggih hari yang bernama Summit turun tangan, maka akan memerlukan waktu 10.000 tahun agar komputasi tersebut selesai. Kamu bisa membayangkan betapa hebatkan Quantum Supremacy yang bisa mengatasi masalah komputer paling cepat saat ini yang hanya mampu menyelesaikan komputasi dengan memakan waktu 10.000 tahun akan tetapi quantum supremacy milik Google dapat mengatasi masalah yang sama hanya dalam 200 detik saja. Itu dikarenakan komputer kuantum yang ditenagai oleh prosesor 54 qubit.
Kendatipun demikian, peneliti Google yang terlibat pada rencana tersebut mengungkap bahwa kalkulasi super cepat tersebut masih terbatas percobaan semata. Demi tuntasnya masalah-masalah praktikal yang bisa saja muncul, komputer ini nantinya masih akan diuji lebih lanjut. Akan tetapi, para peneliti juga menambahkan bahwa perolehan Google ini pun perlu diapresiasi dengan sangat besar karena termasuk sebagai satu langkah maju dalam ekspansi komputer kuantum. Sebab, tetap saja Google-lah sebagai lembaga pertama yang berhasil melakukannya.
Terdapat kendala pada Sycamore sehingga semua qubits tidak dapat bekerja dengan baik, sehingga prosesor sycamore-nya hanya bekerja beberapa dan tidak sesuai yang ditargetkan. Sycamore ini nanti yang akan berhasil meraih keberhasilan sebagai quantum supremacy. Untuk membuktikan kapabilitas Sycamore, Google menggunakan persoalan dalam pembuatan penciptaan bilangan acak, atau disebut sebagai pseudo-random. Lebih jelasnya, bilangan acak ini merupakan bilangan dihasilkan dengan memakai rumus-rumus matematika, pembangkitan ya pun bisa diulang kembali.
Memang, untuk saat ini Quantum Supremacy belum lah nyata. Tetapi di masa depan, ia bisa menjadi tombak nyata dalam memajukan teknologi, merancang baterai serta obat-obatan, memajukan bidang pembelajaran mesin, dan meminimalkan emisi dari pupuk kimia. Perhitungan ini pun akan menjadikan teknologi semakin cepat dan terbuka luas.
Kegunaan di atas sudah sangat jelas sebenarnya, bahwa peradaban yang semakin maju salah satunya dilihat dari sejauh mana teknologi berkembang. Meski sebagian orang mungkin akan bertanya-tanya, apakah komputer kuantum benar-benar akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas atau hanya sebatas itu saja. Akan tetapi tetap saja, pemecahan masalah lebih menarik karena bisa lebih cepat dan baik dengan adanya quantum supremacy daripada hanya mengandalkan komputer klasik saja. Komputer kuantum bisa melakukan hal-hal yang sulit disimulasikan oleh komputer biasa.
Sudah sangat jelas bahwa teknologi kuantum jelas sangat lebih signifikan dalam aspek kekuatan, sementara untuk pengaruhnya sendiri yang menjurus ke negatif tetap hanya menjurus pada penemuan-penemuan sebelumnya. Quantum supremacy ini tetap merupakan titik menarik dalam kurva perkembangan teknologi komputasi kuantum apa pun yang pernah ada sebelumnya.