Table of Content

Posts

Cinta Pacar Pertama 3


Sampai malam larut dimana semua keluar-ganya sudah tidur, di kamar tidurnya Imah tam-pak masih belum memejamkan kedua matanya Ingatannya masih melayang pada apa yang baru saja terjadi Dimana dia dan Dolly dgobrol Sejak pertama kali dia melihat Dolly, terus terang saja Imah sudah tertarik pada cowok itu. Dan kini, setelah dia ngobrol secara langsung dengan cowok itu, perasaan sukanya semakin bertam-bah. Dolly memang belum mengatakan secara langsungkalau cowok itu suka padanya, namun dari cara memandang dan bicaranya, Imah me-rasa kalau cowok itu menyukai dirinya seba. gaimana dirinya yang juga menyukai cowok itu


"Doily... Sejak pertama kali aku melihat mu drlapangan bola volly, entah mengapa aku jadi selalu ingin bertemu denganmu. Oh, apakah aku benar-benar telah jatuh cinta kepadamu?" desah Imah dengan mata mene rawang jauh, teringat kembali akan pertemu annya dengan Dolly barusan di rumah Bang Muhadi. Dia dan Dolly memang cuma ngo brol, namun apa yang terjadi terasa sangat berkesan bagi İmah. Sampai-sampai dia tak bisa melupakannya barang sekejap mata pun. Bahkan sampai kini, saat jam sudah menun jukkan angka setengah dua belas. Imah belum bisa memejamkan kedua matanya. Dan ingatannya senantiasa terus melayang pada pertemuannya dengan Dolly di rumah Bang Muhadi


"Kau memang pantas dipuja, Dolly. Aku mencintaimu, Dolly. Apakah kau juga merasa kan hal yang sama sebagaimana yang kurasa kan?" tanya Imah dengan pandangan mata menerawang jauh, seakan dia tengah melihat dan bahkan berhadapan langsung dengan Dolly sebagaimana yang tadi dialaminya di teras depan rumah Bang Muhadi. Imah terus menerawang, dengan sesekalibibirnya mengembangkan seulas senyuman Dalam bayangannya, saat itu dirinya tengah kembali bertemu dengan cowok pujaannya itu di suatu tempat. Dimana banyak tumbuh bunga-bunga yang menebarkan aroma wangi. Dan di tempat itu, tak ada siapa-siapa lagi kecuali hanya dia dan Dolly saja. Keduanya saling pandang penuh arti, dengan bibir sama sama mengem-bangkan seulas senyuman. Kemudian keduanya sama-sama melangkah mendekat. Sehingga keduanya kian bertambah rapat dengan bibir masih sama-sama mengurai seulas senyum. Dengan mata masih saling


pandang penuh arti "Imah."


"Ya?"**


"Lihat..."


Dolly menunjuk ke arah sekelilingnya.


Imah pun mengikuti menyapukan pan


dang ke sekelilingnya. "Bunga-bunga di sini tengah mekar, mene-barkan aroma wangi"


"Ya."


"Kau tahu artinya, Imah?"


Imah menggeleng. "Bunga-bunga ini, seperti menggambar


kan hatiku."


"Maksudmu?"


"Hatiku pun saat ini tengah mekar, Imah." "Maksudmu?"


"Ya, hatiku saat ini tengah mekar danmenebarkan aroma wanginya cinta. Dan itu semua dikarenakan dirimu, Imah." "Maksudmu?" tanya Imah. "Sungguh kau tak mengerti, Imah?"


Dengan bibir tersenyum Imah mengge leng-kan kepala. Kemudian dengan mata semakin lekat memandang ke wajah Dolly dengan pan-dangan penuh harap, Imah berkata, "Katakan-lah, Dolly. Katakan dengan makna, jangan dengan kata kiasan yang tak kumengerti. "Aku mencintaimu, Imah."


Imah terperangah Semakin lekat dia menatap wajah Dolly, Seakan dia tak bisa percaya begitu

"Ada apa?" tanyanya. "Oh, eh, tidak... Tidak apa-apa."


"Kenapa kamu bengong begitu?" "Aku...? Aku hanya terkejut."


"Terkejut kenapa?"


"Aku... Aku tak menyangka kalau kau


mencintaiku, Dolly." "Aku memang mencintaimu, Imah Bagai-mana denganmu sendiri?"


"Aku... Aku...?"


"Ya, bagaimana denganmu?"


"Aku... Aku juga mencintaimu, Dolly.""Sungguh?"


Imah mengangguk dengan kepala menun duk, seakan berusaha untuk menyembunyikan rona merah yang seketika menggambar di kedua pipinya. Juga berusaha untuk menyem bunyikan dua butir air bening keharuan yang menetes keluar dari kedua sudut matanya. "Imah...".


Dolly memanggil.


Perlahan Imah pun mengangkat wajah nya, memandang ke wajah Dolly. Sehingga cowok itu pun tahu kalau gadis habis mengeluarkan air mata.


"Kau menangis?" tanya Dolly. Imah terdiam tetap memandang lekat ke wajah cowok itu.


"Kenapa?"


"Aku... Aku terharu dan bahagia, Dolly."


"Sungguh kau bahagia?"


Imah mengangguk. "Kau bahagia menjadi pacarku?"


Kembali Imah mengangguk. Dolly tersenyum.


"Kenapa kau tersenyum. "Karena aku pun senang.


"Senang kenapa?" "Karena kau mau menjadi pacarku."


Imah turut tersenyum dengan mata me mandang penuh arti ke wajah Dolly, Cowok itu pun balas memandang, Kemudian kedua nya sama-sama diam, hanya mata mereka sajayang bicara mengungkapkan apa yang ada dalam hati masing-masing. Lalu perlahan namun pasti, Imah memejamkan kedua matanya diikuti dengan merekahnya bibir. Dolly pun mengerti makna dari apa yang tengah dilakukan oleh Imah. Maka perlahan namun pasti dia pun mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. Kedua tangannya dengan lembut memegang kedua pipi Imah. Lalu dengan penuh perasaan, ditempelkan bibirnya ke bibir Imah.


Gadis itu menyambut. Melingkarkan kedua tangannya di leher Dolly. Menekannya. Se-hingga bibir mereka pun saling berpagut satu sama lain.


Adegan itu berlangsung cukup lama. Sampai napas keduanya tersengai, dan dengan bibir sama-sama tersenyum keduanya pun melepaskan ciuman. Mata keduanya kembali saling pandang penuh arti.


Di alam nyata, Imah memeluk gulingnya dengan kuat, sambil menciumi guling itu dengan penuh hasrat. Sebagaimana dalam khayalnya dia mencium Dolly dengan penuh hasrat dan gairah. Dari bibirnya, tak henti hentinya menyebutkan nama cowok pujaan nya.


"Dolly... Dolly... Aku mencintaimu. Aku


mencintaimu..." Dan Imah harus tersipu malu serta kece wa, setelah menyadari bahwa apa yang terjadicuma khayalnya semata Yang berada dalam pelukan dan diciuminya, bukanlah Dolly, melainkan cuma sebuah guling.


"Dolly, semoga kiranya engkau pun me rasa-kan hal yang sama sebagaimana yang kurasa-kan," harap Imah. Lalu dia pun berusa ha meme-jamkan kedua matanya untuk tidur.