Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan
layanan yang membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami peserta didik
baik itu masalah pribadi, sosial, maupun belajar. Siswa sekolah dasar adalah
individu yang khas, pendekatan terhadap permasalahan individu memerlukan
penanganan yang berbeda. Teknik membantu siswa bermasalah memberikan wawasan
dalam memberikan bantuan terhadap siswa bermasalah.
Pendekatan bimbingan perkembangan membawa
implikasi bahwa perilaku bermasalah siswa dapat dilakukan dengan mengkaji
masalah-masalah yang berkaitan dengan karakteristik siswa. Dengan demikian,
penting bagi para orang tua dan guru untuk memahami permasalahan-permasalan
anak agar dapat meminimalkan kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta
mampu memberikan upaya bantuan yang tepat.
Perilaku siswa bermasalah adalah suatu persoalan yang harus menjadi kepedulian guru bukan semata-mata perilaku itu mengganggu proses pembelajaran melainkan sesuatu bentuk perilaku agresif maupun pasif yang dapat menimbulkan kesulitan dalam bekerja sama dengan teman. Guru perlu memahami perilaku bermasalah ini sebab “siswa yang bermasalah” biasanya tampak di dalam kelas bahkan anak menampakkan perilaku bermasalah itu dalam keseluruhan interaksi dan lingkungannya.
secara garis besar pangkal soal masalah-masalah
siswa dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
1.
Masalah Internal
Masalah internal ialah masalah
yang berpakngkal dari kondisi murid itu sendiri. Masalah tersebut bisa
disebabkan dari adanya kelainan fisik maupun kelainan psikis.
a.
Kelainan fisik
adalah anak-anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir
di tengah-tengah temannya yang normal. Kelainan-kelainan yang terjadi pada fisik
diantaranya ialah tura netra, tura rungu(tuli), kaku kecil satu, bahkan lumpuh
total.
b. Kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan berfikir
(kecerdasan) seorang anak. Kelainan psikis dikategorikan pada kelainan psikis inferior
(lemah) maupun kelainan psikis superior (kuat). Anank memiliki taraf
kecerdasan (IQ) yang berbeda-beda.
2.
Masalah Eskternal
a.
Keluarga, merupakan
lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak.
b. Pergaulan, lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah ingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan. Lingkungan pergaulan juga memiliki pengaruh yang besar bagi perkembangan psikis anak, jika lingkungan baik, anak akan cenderung menjadi baik, jiak lingkungan jelek anak pun ada kecenderungan memiliki kepribadian yang jelek.
c. Pengalaman hidup, pengalaman-pengalaman di masa lalu biasanya tidak mudah lupa oleh siswa, semuanya tersimpan rapi dalam ruang ingatan.
Langkah-Langkah
Bimbingan Terhadap Siswa Bermasalah
Penanganan masalah
anak dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
- Identifikasi kasus, yaitu upaya untuk menandai subjek (anak) yang diperkirakan mengalami masalah.
- Identifikasi masalah, yaitu upaya mengetahui inti permasalahan yang dihadapi anak.
- Diagnosis, merupakan langkah untuk mengidentifikasi karakteristik serta faktor penyebab masalah yang dialami anak.
- Prognosis, merupakan langkah untuk merumuskan alternatif upaya bantuan sesuai dengan karakteristik pemasalahan yang dialami.
- Treatment, merupakan upaya pemberian bantuan itu sendiri.
- Tindak lanjut, dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap upaya pemberian bantuan yang telah dilakukan serta kemungkinan penggunaan langkah-langkah berikutnya.
Berikut merupakan cara atau strategi yang dapat di gunakan pendidik dalam menangani anak slow learner atau sebagai bentuk bimbingan belajar. :
1.
Layanan akomodasi
cara pengajaran dan materi
Guru memberikan
pembelajaran yang bertahap dengan melakukan pembagian materi sesuai dengan
kemampuan siswa,melakukan pembelajaran dalam kelompok kecil secara heterogen,
menggunakan media konkret guru menggunakan teknologi dan media pembelajaran
untuk mempermudah pemahaman informasi siswa, membimbing dalam membuat rangkuman
dan mengulang penjelasan secara lisan.
2.
Layanan akomodasi
tugas dan penilaian
Guru selalu
membacakan, mengulang, dan menjelaskan petunjuk sebelum pelaksanaan kegiatan.
Guru memberikan PR, tugas, dan soal tes dalam konten dan jumlah sama untuk
seluruh siswa dalam kelas tanpa membedakan antara siswa slow learner dan
reguler.
3.
Layanan akomodasi
tuntutan waktu
Guru hanya
memberikan perpanjangan waktu dalam pengerjaan tugas. Tidak ada kebijakan
pemberian waktu perpanjangan, pengulangan, dan jeda istirahat khusus untuk
siswa slow learner dalam pengerjaan tes atau ulangan umum.
4.
Layanan akomodasi
lingkungan belajar
Guru sudah menempatkan slow learner dibarisan paling depan, melakukan rotasi dengan memperhatikan kondisi siswa, umpan balik secara lisan dengan memberikan apresiasi dalam bentuk pujian, tepuk tangan, dan motivasi. Namun tidak ada penempatan khusus saat pelaksanaan tes.
karakteristik siswa bermasalah berdasarkan sosial emosional yang nampak di
kelas yaitu sebagai berikut:
1.
Anak hiperaktif,
anak seperti ini cenderung tidak bisa duduk diam, ia cenderung bergerak
terus-menerus, kadang suka berlarian, suka melompat-lompat, bahkan
berteriak-teriak dikelas. Anak tersebut sulit untuk dikontrol. Ia melakukan
aktivitas sesuai dengan kemauannya sendiri. Ia pun suka menggangu temannya
bahkan gurunya.
2.
Distractibility
child adalah anak yang cenderung cepat bosan. Ia sering kali mengalihkan
perhartiannya ke berbagai objek lain di kelas. Anak tersebut mudah dipengaruhi,
namun tidak dapat memusatkan perhatian pada kegiatan-kegiatan yang berlangsung
di kelas.
3.
Poor self concept anak yang cenderung
pendiam di kelas, pasif atau sangat perasa sehingga mudah tersinggung.
Karakteristik anak seperti ini cenderung tidak berani bertanya atau menjawab,
serta merasa dirinya tidak mampu. Oleh karena itu, ia cenderung kurang berani
bergaul serta suka menyendiri.
4.
Anak implusif adalah
anak yang cepat bereaksi setiap guru memberikan pertanyaan di kelas. Namun,
jawaban yang diberikan seringkali tidak menunjukan kemampuan berfikir yang
logis. Anak seperti ini ingin menunjukan bahwa ia adalah anak yang pandai, padahal
cara anak itu menjawab justru mencerminkan ketidakmampuannya.
5.
Anak destructive
behavior adalah siswa yang suka merusak benda-benda yang ada disekitarnya.
Sikap agresif yang negative dalam bentuk membanting dan melempar menunjukkan
bahwa anak itu adalah anak yang bermasalah (trouble maker). Anak seperti
itu cepat tersinggung. Ia bertemperamen tinggi, yang, menggarah kepada perilaku
agresif.
6.
Distruptive
behavior adalah anak yang sering mengeluarkan kata-kata kasar dan tidak sopan.
Dengan nada mengejek, anak tersebut cenderung menantang guru. Sumpah serapah
berupa kata-kata kasar yang tidak sopan kerap telontar.
7.
Dependency child anak yang selalu
bergantung pada orang tuanya. Anak seperti itu sering merasa takut dan tidak
mampu untuk berani melakukannya sendiri. Ia sangat bergantung pada orang
sekitarnya. Sikap orang tua yang terlalu over protective atau sangat
melindungi membuat anak sangat tengantung.
8.
Withdrawl adalah anak yang
mempunyai sosial ekonomi yang sangat rendah, sehingga merasa dirinya bodoh dan
enggan untuk mencoba membuat tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena
dirinya mersa tidak mampu.
9.
Learning disability
adalah anak-anak yang tidak memiliki kemampuan mental yang setara dengan
anak-anak yang sebaya. Anak seperti ini sulit untuk menganalisis, menangkap isi
mata pelajaran, dan mengaplikasikan apa yang dipelajari.
10. Learning disorder adalah anak yang mempunyai cacat bawaan baik
kerusakan disik maupun syaraf. Anak seperti itu cenderung sulit untuk belajar
secara normal seperti anak-anak yang sebaya. Anak seperti itu membutuhkan
penanganan para ahli yang dilakukan oleh lembaga-lembaga khusus, sperti anak
yang menderita Autism Sectrum Disorder (ASD)
11. Underachiever adalah anak yang mempunyai potensi intelektual
di atas rata-rata, namun prestasi akademiknya di kelas sangat rendah. Semangat
belajarnya juga rendah. Anak seperti ini sering menyepelekan tugas-tugas yang
diberikan, dan PR sering dilupakan.
12. Overachiever adalah anak yang mempunyai semangat belajar
yang sangat tinggi, ia merespon dengan cara cepat. Anak seperti itu tidak bisa
menerima kegagalan. Ia tidak mudah menerima kritikan dari siapapun termasuk
gurunya.
13. Slow learner adalah anak yang sulit menangkap pelajaran di
kelas dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menjawab dan mengerjakan
tugas-tugasnya.
14. Sosial interseption child adalah anak yang kurang peka dan tidak peduli
terhadap lingkungannya. Anak ini kurang tanggao dalam membaca ekspresi dan
sulit bergaul dengan teman-teman yang ada di kelas.